LAPORAN
TETAP PRAKTIKUM
KIMIA
PERTANIAN
pH TANAH
FERDY OKTAVIYAN
05101007030
PROGRAM STUDI
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
INDRALAYA
2011
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
pH tanah
merupakan tingkat keasaman atau kebasaan suatu tanah yang dapat menjadi patokan
menentukan tanah yang baik untuk media tumbuh tanaman dan dapat juga menentukan
pupuk mana yang cocok untuk dipakai sesuai dengan standar keasaman serta
kebasaan jenis tanah. Setelah diadakan pengukuran terdapat perbedaan derajat
keasaman antara tanah satu dengan tanah yang lain. Hal ini membuktikan bahwa
suatu jenis tanah memiliki perbedaan derajat keasaman yang membuat perbedaan
pada kecocokan sebagai suatu media untuk tumbuh tanaman. Tanah adalah kumpulan benda alam dipermukaan bumi. Tanah
meliputi horizon-horizon tanah yang terletak di atas bahan batuan dan berbentuk
sebagai hasil interaksi sepanjang waktu dari iklim, organisme hidup, bahan
induk dan relief. Pada umumnya, ke arah bawah tanah beralih ke batuan yang
keras atau ke bumi yang tidak mengandung akar, tanaman, hewan, atau tanda-tanda
kegiatan biologi lain. Salah satu sifat kimia tanah yang penting adalah reaksi
atau pH tanah. Reaksi atau pH tanah menunjukkan konsentrasi ion H+ di dalam
larutan tanah. Nilai pH didefinisikan sebagai logaritma negative konsentrasi
ion H+ dalam larutan. Larutan mempunyai pH disebut netral, lebih kecil dari 7
masam, dan lebih besar dari 7 basis atau alkalis. Pada keadaan netral
konsentrasi ion H+ sama besar dengan konsentrasi ion OH- dan pada keadaan
alkalis sebaliknya.
Tanah Alfisol di Indonesia secara potensial termasuk tanah
yang subur dan sebagian besar telah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.
Morfologi yang khas dari Alfisol dicirikan oleh horizon illuviasi dan elluviasi
yang jelas. Elluviasi liat dari horizon A dan illuviasi di horizon B merupakan
penyebab utama perbedaan liat diantara kedua horizon tersebut. Dalam horizon
illuviasi produk akumulasi utamanya adalah liat silikat disamping jenis mineral
terlapuk utamanya besi dan aluminium. Pada umumnya tanah Alfisol berkembang
dari batu kapur, olivin, tufa dan lahar. Bentuk wilayah yang beragam dari
bergelombang hingga tertoreh, tekstur berkisar antara sedang hingga halus,
drainasenya baik. Reaksi tanah berkisar antara agak masam hingga netral,
kapasitas tukar kation dan basa-basanya bergam dari rendah hingga tinggi, bahan
organik pada umumnya sedang hingga rendah. Jeluk tanah dangkal hingga dalam.
Memiliki sifat kimia dan fisika yang relatif baik.
Tanah Ultisol tersebar lebih luas pada daerah-daerah
beriklim humid hangat yang mempunyai deficit hujan musim. Umumnya dijumpai pada
permukaan lebih tua. Tanah Ultisol terbentuk dari bahan induk yang bervariasi
tetapi hanya. sebagian kecil saja yang mempunyai mineral primer yang mengandung
basa dari beberapa mika, serta sedikit jenis yang mempunyai cadangan basa-basa.
Tanah Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai
tropika, mempunyai horizon argilik atau kandik atau fragifan dengan lapisan
liat tebal.
dari 1500 mm/tahun. Vertisol memiliki potensi cukup baik,
akan tetapi yang menjadi kendala adalah dalam hal pengolahan tanahnya yang
relatif cukup sulit, bersifat sangat lekat bila basah dan sangat keras bila
dalam keadaan kering.
Berdasarkan uraian di atas maka
praktikum reaksi tanah perlu dilakukan untuk mengetahui nilai pH atau tingkat
kemasaman tanah pada tanah Alfisol, Ultisol, Vertisol, Alluvial serta untuk
mengetahui pengaruh terhadap pengaruh tanaman.
B.
Tujuan
Tujuan dalam penulisan
makalah ini adalah untuk menambah
wawasan kita mengenai pH tanah. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk mengetahui
keasaman dan kebasaan simple tanah di daerah Lahan Arboretum Jurusan Tanah
Universitas Sriwijaya, Indralaya.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
pH Keasaman dalam larutan itu
dinyatakan sebagai kadar ion hidrogen disingkat dengan [H+], atau sebagai pH
yang artinya –log [H+]. Dengan kata lain, pH adalah tingkat keasaman atau
kebasa-an suatu benda yang diukur dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga
14. Sifat asam mempunyai pH antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH
7 hingga 14. Sebagai contoh, jus jeruk dan air aki mempunyai pH antara 0 hingga
7, sedangkan air laut dan cairan pemutih mempunyai sifat basa (yang juga di
sebut sebagai alkaline) dengan nilai pH 7 – 14. Air murni adalah netral atau
mempunyai nilai pH 7.
PH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting
karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N),
Potassium/kalium (K), dan Pospor (P) dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu
untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap penyakit. Jika pH larutan tanah
meningkat hingga di atas 5,5; Nitrogen (dalam bentuk nitrat) menjadi tersedia
bagi tanaman. Di sisi lain Pospor akan tersedia bagi tanaman pada Ph antara 6,0
hingga 7,0.
Beberapa bakteri membantu tanaman mendapatkan N dengan
mengubah N di atmosfer menjadi bentuk N yang dapat digunakan oleh tanaman.
Bakteri ini hidup di dalam nodule akar tanaman legume (seperti alfalfa dan
kedelai) dan berfungsi secara baik bilamana tanaman dimana bakteri tersebut
hidup tumbuh pada tanah dengan kisaran pH yang sesuai. Jika larutan tanah
terlalu masam, tanaman tidak dapat memanfaatkan N, P, K dan zat hara lain yang
mereka butuhkan. Pada tanah masam, tanaman mempunyai kemungkinan yang besar untuk
teracuni logam berat yang pada akhirnya dapat mati karena keracunan tersebut.
(Hardjowigeno, S. 1985)
Herbisida, pestisida, fungsisida dan bahan kimia lainnya
yang digunakan untuk memberantas hama dan penyakit tanaman juga dapat meracuni
tanaman itu sendiri. Mengetahui pH tanah, apakah masam atau basa adalah sangat
penting karena jika tanah terlalu masam oleh karena penggunaan pestisida,
herbbisida, dan fungisida tidak akan terabsorbsi dan justru akan meracuni air
tanah serta air-air pada aliran permukaan dimana hal ini akan menyebabkan
polusi pada sungai, danau, dan air tanah.
Ada dua metode yang paling umum digunakan untuk pengukuran
pH tanah yaitu kertas lakmus dan pH meter. Kertas lakmus sering di gunakan di
lapangan untuk mempercepat pengukuran pH. Penggunaan metode ini di perlukan
keahlian pengalaman untuk menghindari kesalahan. Lebih akurat dan secara luas
di gunakan adalah penggunaan pH meter, yang sangat banyak di gunakan di
laboratorium. Walaupun pH tanah merupakan indikator tunggal yang sangat baik
untuk kemasaman tanah, tetapi nilai pH tidak bisa menunjukkan berapa kebutuhan
kapur. Kebutuhan kapur merupakan jumlah kapur pertanian yang dibutuhkan untuk
mempertahankan variasi pH yang di inginkan untuk sistem pertanian yang
digunakan. Kebutuhan kapur tanah tidak hanya berhubungan dengan pH tanah saja,
tetapi juga berhubungan dengan kemampuan menyangga tanah atau kapasitas tukar
kation (KTK).
Tanah Ultisol sering diidentikkan
dengan tanah yang tidak subur, tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk
lahan pertanian potensial, asalkan dilakukan pengelolaan yang memperhatikan
kendala (constrain) yang ada pada Ultisol ternyata dapat merupakan lahan
potensial apabila iklimnya mendukung. Tanah Ultisol memiliki tingkat kemasaman
sekitar 5,5 (Munir, 1996).
Untuk meningkatkan produktivitas Ultisol, dapat dilakukan
melalui pemberian kapur, pemupukan, penambahan bahan organik, penanaman tanah
adaptif, penerapan tekhnik budidaya tanaman lorong (atau tumpang sari),
terasering, drainase dan pengolahan tanah yang seminim mungkin. Pengapuran yang
dimaksudkan untuk mempengaruhi sifat fisik tanah, sifat kimia dan kegiatan
jasad renik tanah. Pengapuran pada Ultisol di daerah beriklim humid basah
seperti di Indonesia tidak perlu mencapai pH tanah 6,5 (netral), tetapi sampai
pada pH 5,5 sudah dianggap baik sebab yang terpenting adalah bagaimana
meniadakan pengaruh meracun dari aluminium dan penyediaan hara kalsium bagi
pertumbuhan tanaman (Hakim,dkk, 1986).
III.
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
- Waktu dan Tempat
Pada pelaksannan praktikum kimia
pertanian mengenai pH tanah. Kami mengadakan percobaan pada tanggal 22 Oktober 2010, tepatnya hari Jum’at. Praktikum tersebut di lakukan di
Laboratorium Jurusan Tanah. Tanah yang digunakan kami ambil seminggu sebelum
praktikum dilaksanakan. Dengan tujuan dapat mengeringkan tanah yang kami ambil
di daerahnya yang basah.
- Alat-alat
Praktikum
Untuk dapat menjalankan praktikum dengan
lancar, alat-alat haruslah dipersiapkan
terlebih dahulu. Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu: PH meter,
Tabung film, dan ayakan. Selain alat, bahan sangatlah perlu untuk melakukan praktikum. Tanpa bahan praktikum
tidak akan berjalan. Bahan yang digunakan yaitu: aquades, sampel tanah, KCl
(Kalium Clorida) 0,1 N, dan larutan buffer 4,0 dan 7,0.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Kelompok
|
Lokasi
|
ph H2O
|
pH KCl
|
Keterangan
|
I (Danau)
|
Indralaya
|
4,42
|
3,69
|
Sangat Masam
|
II (Sawit)
|
Sembawa
|
6,25
|
3,62
|
Agak Masam
|
III (Karet)
|
Indralaya
|
5,15
|
4,12
|
Masam
|
IV(Arboretum)
|
Indralaya
|
4,42
|
3,62
|
Sangat Masam
|
V (Sawah)
|
Musi II
|
4,73
|
3,86
|
Masam
|
- Pembahasan
Pada
praktikum pH tanah, kelompok kami yaitu kelompok IV, mengambil sampel tanah di
Lahan Arboretum Jurusan Tanah Universitas Sriwijaya, Inderalaya. Arboretum
sendiri adalah berasal dari bahasa latin (arbor: kebun) dapat diartikan sebagai kebun
raya tempat pelestarian beragam tumbuhan dan pepohonan yang langkah, atau
dengan kata lain dapat diartikan sebagai kebun raya tempat pelestarian beragam
tumbuhan dan pepohonan yang langkah.
Tanah arboretum yang
kami ambil sebagai sampel, merupakan tanah yang letaknya di daerah tanah
ultisol. Tanah
Ultisol memiliki tingkat kemasaman sekitar 5,5, Sedangkan setelah
penelitian, kelompok kami mendapatkan hasil bahwa tanah yang kami teliti
memiliki nilai pH = 4,42, yang berarti tanah tersebut termasuk atau bersifat
sangat masam, bahkan kurang dari ketetapan kemasaman tanah ultisol. Hal
tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa factor. Keasaman
tanah ditentukan oleh kadar atau kepekatan ion hidrogen di dalarn tanah
tersebut. Bila kepekatan ion hidrogen di dalam tanah terlalu tinggi maka tanah
akan bereaksi asam. Sebaliknya, bila kepekatan ion hidrogen terIalu rendah maka
tanah akan bereaksi basa. Pada kondisi ini kadar kation OH‑ lebih tinggi dari
ion H+. Tanah masam adalah tanah dengan pH rendah karena kandungan H+ yang
tinggi. Selain itu, Sifat kemasaman tanah pada arboretum, dapat dipengaruhi
oleh penyusun tanah induk
yaitu tanah ultisol. Tanah ultisol termasuk tanah yang tidak subur.
Tanah Ultisol memiliki
kemasaman kurang dari 5,5 sesuai dengan sifat kimia,komponen kimia tanah yang
berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanahumumnya pada kesuburan
tanah. Nilai pH yang mendekati minimun dapat ditemuisampai pada kedalaman
beberapa cm dari dari batuan yang utuh (belum melapuk).Tanah-tanah ini kurang
lapuk atau pada daerah-daerah yang kaya akan basa-basa dariair tanah pH
meningkat pada dan di bagian lebih bawah solum. Tanah Ultisol sering
diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi sesungguhnya bisa
dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial, asalkan dilakukanpengelolaan yang
memperhatikan kendala (constrain) yang ada pada Ultisol ternyatadapat merupakan
lahan potensial apabila iklimnya mendukung. Tanah Ultisol memiliki tingkat
kemasaman sekitar 5,5.
Dikawasan
Tanah arboretum yang kami ambil termasuk tanah yang bersifat sangat masam.Walaupun begitu, banyak
tumbuhan yang hidup di dalamnya. Seperti, akasia(Acacia auliculiformis), jambu mente(Anacardium occidentale), palawan(Tristania maingayi), kayu manis(Cinanum bornani), cemaraduri(Araucaria sp), kina (Chinchona sp), cempaka (Michelia champak), pinus (Pinus merkusii), Gelam tikus(Melaleuca leucadendron), jambu
(Eugenia sp), dan lain-lain.
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dengan adanya pembuatan
makalah tentang pH tanah ini kita dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Kita
dapat mengetahui bahwa derajat pH dari 0 sampai 7 adalah asam sedangkan derajat 7 sampai 14 merupakan basa.
2. Dapat
mengetahui tumbuhan-tumbuhan apa saja yang hidup di daerah-daerah sampel tanah.
3. Kita
dapat mengetaahui bahwa ukuran atau derajat pH tanah sangat berpengaruh untuk
tumbuhan karena tanah sebagai media tanam tumbuhan.
4. Mengetahui
tingkat keasaman suatu sampel tanah.
5. Mengetahui
bahwa tanah ultisol termasuk tanah yang tidak subur, karena memiliki tingkat
keasaman sekitar 5,5.
B.
Saran
Tanah sebagai media tanam bagi
tumbuhan memiliki derajat berupa keasaman atau kebasaan yang sangat berpengaruh
bagi tumbuh dan kembangnya suatu jenis tumbuhan oleh karena itu kita sebelum
melakukan kegiatan bertanam alangkah baiknya kita mengetahui jenis tanaman dan
derajat pH nya sehingga kita dapat mengetahui jenis tanaman apa yang cocok
untuk tanah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Hardjowigeno,
S. 1985. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademik
Pressindo
Hakim, dkk.. 1982. Dasar-dasar Ilmu tanah. Lampung:
Universitas lampung
Ibrahim,Hariadji
Asmadi, 1985. Dasar-dasar Ilmu Tanah.
Makassar: Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur
Munir,
M, 1996. Tanah-Tanah Utama di Indonesia
(Karakteristik Klasifikasi dan Pemanfaatannya). Jakarta: Pustaka Jaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar