Welcome In My Blog

Jumat, 04 November 2011

Laporan Kimia Pertanian Tentang pH Tanah


LAPORAN TETAP PRAKTIKUM
KIMIA PERTANIAN

pH TANAH






FERDY OKTAVIYAN
05101007030















PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2011


I.                   PENDAHULUAN
A.                    Latar Belakang
pH tanah merupakan tingkat keasaman atau kebasaan suatu tanah yang dapat menjadi patokan menentukan tanah yang baik untuk media tumbuh tanaman dan dapat juga menentukan pupuk mana yang cocok untuk dipakai sesuai dengan standar keasaman serta kebasaan jenis tanah. Setelah diadakan pengukuran terdapat perbedaan derajat keasaman antara tanah satu dengan tanah yang lain. Hal ini membuktikan bahwa suatu jenis tanah memiliki perbedaan derajat keasaman yang membuat perbedaan pada kecocokan sebagai suatu media untuk tumbuh tanaman.   Tanah adalah kumpulan benda alam dipermukaan bumi. Tanah meliputi horizon-horizon tanah yang terletak di atas bahan batuan dan berbentuk sebagai hasil interaksi sepanjang waktu dari iklim, organisme hidup, bahan induk dan relief. Pada umumnya, ke arah bawah tanah beralih ke batuan yang keras atau ke bumi yang tidak mengandung akar, tanaman, hewan, atau tanda-tanda kegiatan biologi lain. Salah satu sifat kimia tanah yang penting adalah reaksi atau pH tanah. Reaksi atau pH tanah menunjukkan konsentrasi ion H+ di dalam larutan tanah. Nilai pH didefinisikan sebagai logaritma negative konsentrasi ion H+ dalam larutan. Larutan mempunyai pH disebut netral, lebih kecil dari 7 masam, dan lebih besar dari 7 basis atau alkalis. Pada keadaan netral konsentrasi ion H+ sama besar dengan konsentrasi ion OH- dan pada keadaan alkalis sebaliknya.
Tanah Alfisol di Indonesia secara potensial termasuk tanah yang subur dan sebagian besar telah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Morfologi yang khas dari Alfisol dicirikan oleh horizon illuviasi dan elluviasi yang jelas. Elluviasi liat dari horizon A dan illuviasi di horizon B merupakan penyebab utama perbedaan liat diantara kedua horizon tersebut. Dalam horizon illuviasi produk akumulasi utamanya adalah liat silikat disamping jenis mineral terlapuk utamanya besi dan aluminium. Pada umumnya tanah Alfisol berkembang dari batu kapur, olivin, tufa dan lahar. Bentuk wilayah yang beragam dari bergelombang hingga tertoreh, tekstur berkisar antara sedang hingga halus, drainasenya baik. Reaksi tanah berkisar antara agak masam hingga netral, kapasitas tukar kation dan basa-basanya bergam dari rendah hingga tinggi, bahan organik pada umumnya sedang hingga rendah. Jeluk tanah dangkal hingga dalam. Memiliki sifat kimia dan fisika yang relatif baik.
Tanah Ultisol tersebar lebih luas pada daerah-daerah beriklim humid hangat yang mempunyai deficit hujan musim. Umumnya dijumpai pada permukaan lebih tua. Tanah Ultisol terbentuk dari bahan induk yang bervariasi tetapi hanya. sebagian kecil saja yang mempunyai mineral primer yang mengandung basa dari beberapa mika, serta sedikit jenis yang mempunyai cadangan basa-basa. Tanah Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horizon argilik atau kandik atau fragifan dengan lapisan liat tebal.
dari 1500 mm/tahun. Vertisol memiliki potensi cukup baik, akan tetapi yang menjadi kendala adalah dalam hal pengolahan tanahnya yang relatif cukup sulit, bersifat sangat lekat bila basah dan sangat keras bila dalam keadaan kering.
Berdasarkan uraian di atas maka praktikum reaksi tanah perlu dilakukan untuk mengetahui nilai pH atau tingkat kemasaman tanah pada tanah Alfisol, Ultisol, Vertisol, Alluvial serta untuk mengetahui pengaruh terhadap pengaruh tanaman.

B.                   Tujuan
Tujuan dalam penulisan  makalah ini adalah untuk menambah wawasan kita mengenai pH tanah. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk mengetahui keasaman dan kebasaan simple tanah di daerah Lahan Arboretum Jurusan Tanah Universitas Sriwijaya, Indralaya.






II.                TINJAUAN PUSTAKA
pH Keasaman dalam larutan itu dinyatakan sebagai kadar ion hidrogen disingkat dengan [H+], atau sebagai pH yang artinya –log [H+]. Dengan kata lain, pH adalah tingkat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang diukur dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai pH antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7 hingga 14. Sebagai contoh, jus jeruk dan air aki mempunyai pH antara 0 hingga 7, sedangkan air laut dan cairan pemutih mempunyai sifat basa (yang juga di sebut sebagai alkaline) dengan nilai pH 7 – 14. Air murni adalah netral atau mempunyai nilai pH 7.
PH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N), Potassium/kalium (K), dan Pospor (P) dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap penyakit. Jika pH larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5; Nitrogen (dalam bentuk nitrat) menjadi tersedia bagi tanaman. Di sisi lain Pospor akan tersedia bagi tanaman pada Ph antara 6,0 hingga 7,0.
Beberapa bakteri membantu tanaman mendapatkan N dengan mengubah N di atmosfer menjadi bentuk N yang dapat digunakan oleh tanaman. Bakteri ini hidup di dalam nodule akar tanaman legume (seperti alfalfa dan kedelai) dan berfungsi secara baik bilamana tanaman dimana bakteri tersebut hidup tumbuh pada tanah dengan kisaran pH yang sesuai. Jika larutan tanah terlalu masam, tanaman tidak dapat memanfaatkan N, P, K dan zat hara lain yang mereka butuhkan. Pada tanah masam, tanaman mempunyai kemungkinan yang besar untuk teracuni logam berat yang pada akhirnya dapat mati karena keracunan tersebut. (Hardjowigeno, S. 1985)
Herbisida, pestisida, fungsisida dan bahan kimia lainnya yang digunakan untuk memberantas hama dan penyakit tanaman juga dapat meracuni tanaman itu sendiri. Mengetahui pH tanah, apakah masam atau basa adalah sangat penting karena jika tanah terlalu masam oleh karena penggunaan pestisida, herbbisida, dan fungisida tidak akan terabsorbsi dan justru akan meracuni air tanah serta air-air pada aliran permukaan dimana hal ini akan menyebabkan polusi pada sungai, danau, dan air tanah.
Ada dua metode yang paling umum digunakan untuk pengukuran pH tanah yaitu kertas lakmus dan pH meter. Kertas lakmus sering di gunakan di lapangan untuk mempercepat pengukuran pH. Penggunaan metode ini di perlukan keahlian pengalaman untuk menghindari kesalahan. Lebih akurat dan secara luas di gunakan adalah penggunaan pH meter, yang sangat banyak di gunakan di laboratorium. Walaupun pH tanah merupakan indikator tunggal yang sangat baik untuk kemasaman tanah, tetapi nilai pH tidak bisa menunjukkan berapa kebutuhan kapur. Kebutuhan kapur merupakan jumlah kapur pertanian yang dibutuhkan untuk mempertahankan variasi pH yang di inginkan untuk sistem pertanian yang digunakan. Kebutuhan kapur tanah tidak hanya berhubungan dengan pH tanah saja, tetapi juga berhubungan dengan kemampuan menyangga tanah atau kapasitas tukar kation (KTK).
Tanah Ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial, asalkan dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala (constrain) yang ada pada Ultisol ternyata dapat merupakan lahan potensial apabila iklimnya mendukung. Tanah Ultisol memiliki tingkat kemasaman sekitar 5,5 (Munir, 1996).
Untuk meningkatkan produktivitas Ultisol, dapat dilakukan melalui pemberian kapur, pemupukan, penambahan bahan organik, penanaman tanah adaptif, penerapan tekhnik budidaya tanaman lorong (atau tumpang sari), terasering, drainase dan pengolahan tanah yang seminim mungkin. Pengapuran yang dimaksudkan untuk mempengaruhi sifat fisik tanah, sifat kimia dan kegiatan jasad renik tanah. Pengapuran pada Ultisol di daerah beriklim humid basah seperti di Indonesia tidak perlu mencapai pH tanah 6,5 (netral), tetapi sampai pada pH 5,5 sudah dianggap baik sebab yang terpenting adalah bagaimana meniadakan pengaruh meracun dari aluminium dan penyediaan hara kalsium bagi pertumbuhan tanaman (Hakim,dkk, 1986).


III.             PELAKSANAAN PRAKTIKUM
  1. Waktu  dan Tempat
Pada pelaksannan praktikum kimia pertanian mengenai pH tanah. Kami mengadakan percobaan pada  tanggal 22 Oktober 2010, tepatnya  hari Jum’at. Praktikum tersebut di lakukan di Laboratorium Jurusan Tanah. Tanah yang digunakan kami ambil seminggu sebelum praktikum dilaksanakan. Dengan tujuan dapat mengeringkan tanah yang kami ambil di daerahnya yang basah.

  1. Alat-alat Praktikum
Untuk dapat menjalankan praktikum dengan lancar, alat-alat haruslah  dipersiapkan terlebih dahulu. Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu: PH meter, Tabung film, dan ayakan. Selain alat, bahan sangatlah perlu untuk  melakukan praktikum. Tanpa bahan praktikum tidak akan berjalan. Bahan yang digunakan yaitu: aquades, sampel tanah, KCl (Kalium Clorida) 0,1 N, dan larutan buffer 4,0 dan 7,0.






IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Kelompok
Lokasi
ph H2O
pH KCl
Keterangan
I  (Danau)
Indralaya
4,42
3,69
Sangat Masam
II (Sawit)
Sembawa
6,25
3,62
Agak Masam
III (Karet)
Indralaya
5,15
4,12
Masam
IV(Arboretum)
Indralaya
4,42
3,62
Sangat Masam
V (Sawah)
Musi II
4,73
3,86
Masam

  1. Pembahasan
            Pada praktikum pH tanah, kelompok kami yaitu kelompok IV, mengambil sampel tanah di Lahan Arboretum Jurusan Tanah Universitas Sriwijaya, Inderalaya. Arboretum sendiri adalah berasal dari bahasa latin (arbor: kebun) dapat diartikan sebagai kebun raya tempat pelestarian beragam tumbuhan dan pepohonan yang langkah, atau dengan kata lain dapat diartikan sebagai kebun raya tempat pelestarian beragam tumbuhan dan pepohonan yang langkah.
Tanah arboretum yang kami ambil sebagai sampel, merupakan tanah yang letaknya di daerah tanah ultisol. Tanah Ultisol memiliki tingkat kemasaman sekitar 5,5, Sedangkan setelah penelitian, kelompok kami mendapatkan hasil bahwa tanah yang kami teliti memiliki nilai pH = 4,42, yang berarti tanah tersebut termasuk atau bersifat sangat masam, bahkan kurang dari ketetapan kemasaman tanah ultisol. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa factor. Keasaman tanah ditentukan oleh kadar atau kepekatan ion hidrogen di dalarn tanah tersebut. Bila kepekatan ion hidrogen di dalam tanah terlalu tinggi maka tanah akan bereaksi asam. Sebaliknya, bila kepekatan ion hidrogen terIalu rendah maka tanah akan bereaksi basa. Pada kondisi ini kadar kation OH‑ lebih tinggi dari ion H+. Tanah masam adalah tanah dengan pH rendah karena kandungan H+ yang tinggi. Selain itu, Sifat kemasaman tanah pada arboretum, dapat dipengaruhi oleh penyusun tanah induk yaitu tanah ultisol. Tanah ultisol termasuk tanah yang tidak subur.
Tanah Ultisol memiliki kemasaman kurang dari 5,5 sesuai dengan sifat kimia,komponen kimia tanah yang berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanahumumnya pada kesuburan tanah. Nilai pH yang mendekati minimun dapat ditemuisampai pada kedalaman beberapa cm dari dari batuan yang utuh (belum melapuk).Tanah-tanah ini kurang lapuk atau pada daerah-daerah yang kaya akan basa-basa dariair tanah pH meningkat pada dan di bagian lebih bawah solum. Tanah Ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial, asalkan dilakukanpengelolaan yang memperhatikan kendala (constrain) yang ada pada Ultisol ternyatadapat merupakan lahan potensial apabila iklimnya mendukung. Tanah Ultisol memiliki tingkat kemasaman sekitar 5,5.
Dikawasan Tanah arboretum yang kami ambil termasuk tanah yang bersifat sangat masam. Walaupun begitu, banyak tumbuhan yang hidup di dalamnya. Seperti, akasia(Acacia auliculiformis), jambu mente(Anacardium occidentale), palawan(Tristania maingayi), kayu manis(Cinanum bornani), cemaraduri(Araucaria sp), kina (Chinchona sp), cempaka (Michelia champak), pinus (Pinus merkusii), Gelam tikus(Melaleuca leucadendron), jambu (Eugenia sp), dan lain-lain.








V.                KESIMPULAN DAN SARAN
A.           Kesimpulan
Dengan adanya pembuatan makalah tentang pH tanah ini kita dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.   Kita dapat mengetahui bahwa derajat pH dari 0 sampai 7 adalah asam   sedangkan derajat  7 sampai 14 merupakan basa.
2.   Dapat mengetahui tumbuhan-tumbuhan apa saja yang hidup di daerah-daerah sampel tanah.
3.   Kita dapat mengetaahui bahwa ukuran atau derajat pH tanah sangat berpengaruh untuk tumbuhan karena tanah sebagai media tanam tumbuhan.
4.   Mengetahui tingkat keasaman suatu sampel tanah.
5.   Mengetahui bahwa tanah ultisol termasuk tanah yang tidak subur, karena memiliki tingkat keasaman sekitar 5,5.


B.     Saran
Tanah sebagai media tanam bagi tumbuhan memiliki derajat berupa keasaman atau kebasaan yang sangat berpengaruh bagi tumbuh dan kembangnya suatu jenis tumbuhan oleh karena itu kita sebelum melakukan kegiatan bertanam alangkah baiknya kita mengetahui jenis tanaman dan derajat pH nya sehingga kita dapat mengetahui jenis tanaman apa yang cocok untuk tanah tersebut.




 DAFTAR PUSTAKA
Hardjowigeno, S. 1985. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademik Pressindo
Hakim, dkk.. 1982. Dasar-dasar Ilmu tanah. Lampung: Universitas lampung
Ibrahim,Hariadji Asmadi, 1985. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Makassar: Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur
Munir, M, 1996. Tanah-Tanah Utama di Indonesia (Karakteristik Klasifikasi dan Pemanfaatannya). Jakarta: Pustaka Jaya





Tidak ada komentar:

Posting Komentar